Jakarta — Demokrasi Indonesia berdiri di atas fondasi yang kokoh berkat peran penting organisasi masyarakat sipil, organisasi profesi, dan partai politik. Mereka adalah pilar demokrasi yang menjadi kanal aspirasi rakyat, sekaligus ruang bagi kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berkumpul.
Namun, dinamika demokrasi seharusnya mencerminkan keadaban politik, bukan sebaliknya. Visi-misi yang diperjuangkan, gagasan yang diperdebatkan, serta argumen yang diadu mestinya menjadi energi positif, bukan berubah menjadi konflik fisik yang berujung pada kericuhan atau bahkan aksi saling lempar kursi.
Sejarah bangsa memberikan teladan berharga. Para pendiri bangsa, meskipun memiliki perbedaan ideologi yang tajam, tetap menjunjung tinggi etika demokrasi. Perdebatan dalam rapat-rapat pembentukan negara dijalani dengan adu pikiran, bukan adu fisik. Kalah dan menang diterima dengan lapang dada, bukan dengan merusak tatanan yang ada.
Ironisnya, dalam dinamika politik saat ini, egoisme kelompok kerap kali menutupi nilai luhur tersebut. Padahal, Indonesia kaya akan teladan bangsa yang mampu menjaga perbedaan dalam bingkai persatuan dan keadaban.
Momentum ini menjadi pengingat bagi seluruh elemen bangsa untuk kembali meneguhkan keadaban demokrasi sebagai ruh kehidupan berpolitik di Indonesia.
EmoticonEmoticon